Minggu, 19 April 2009

DOMINAN BERFIKIR (HBDI)




EMPAT KUADRAN CARA BERFIKIR

Hidup di dunia sekarang ini tidak terlepas dari berhubungan sesama manusia. Lebih-lebih lagi kalau kita bekerja pada suatu organisasi perusahaan, dan bertemu dengan banyak orang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pekerjaan. Berhubungan dengan manusia adalah sebuah proses belajar yang tidak pernah selesai. Kita selalu merasa bodoh dan tidak pernah benar-benar bisa memahami sesama. Sering sekali kita tidak habis megerti dengan cara berfikir teman sendiri dan sebaliknya orang-orang di sekitar kitapun sering sulit memahami cara berfikir kita. Saya tidak akan membahas soal kepribadian seseorang, yang memang pasti berbeda, tetapi saya ingin membahas mengenai cara berfikir masing-masing orang.
Saya dan tentu saja anda mempunyai pengalaman yang banyak soal berhubungan dengan macam-macam orang dengan cara berfikirnya yang khas. Saya mempunyai seorang sahabat yang saya kenal sejak kuliah tingkat pertama, bahkan hari pertama di UI, dan masih bertemu hampir setiap hari sampai sekarang , karena kita bekerja di kantor yang sama, dan sering berbeda pemikiran karena memandang segala sesuatu dengan kacamata yang berbeda, seolah-olah saya memakai kacamata hitam pekat dan dia memakai kacamata coklat dan berdebat apakah daun itu berwarna hitam atau coklat. Teman saya ini cara berfikirnya sangat kaku, paling tidak demikian yang saya dan teman-teman lain pahami mengenai sahabat saya ini. Sebagai dosen, sahabat saya ini sangat taat terhadap prosedur, jika dia sudah menetapkan suatu aturan main katakanlah yang sederhana misalnya tugas mahasiswa dikumpulkan pada hari dan jam tertentu, maka dia tidak akan mau menerima tugas yang dikumpulkan walau hanya telat beberapa menit, dengan alasan apapun, meskipun alasan yang paling manusiawi sekalipun, bahkan dia sendiripun sering menjadi korban dari fikirannya itu sendiri. Di lain pihak saya mempunyai sahabat lain yang sangat permisif dan toleran, dan mempunyai empati yang sangat dalam, sehinga sering mengorbankan aturan main dalam rangka menolong orang lain.
Cara berfikir yang beragam pasti sangat terlihat jika kita terlibat dalam suatu diskusi kelompok atau rapat. Ada orang-orang yang cara berfikirnya analitis dan berpegang teguh pada sederet data, disisi lain ada orang yang berfikir secara intuitif, kelihatannya perasaan atau barangkali instingnya lebih banyak berbicara. Yang lebih seru adalah jika ada diantara yang hadir melontarkan pikiran-pikiran aneh nan kreatif dan imaginatif , tetapi dipersepsi nyeleneh atau bahkan edan oleh yang lainnya, juga terdapat pula peserta yang kelihatannya sangat hapal dengan segala macam prosedur serta berpegang teguh dengan aturan tersebut, seolah-olah dunia akan runtuh jika aturan itu tidak ditaati.
Tidak semua orang berfikir logis dan teoritis seperti Habibi, disisi lain terdapat cara berfikir Rendra yang humanis atau Affandi dengan bahasa lukisannya yang tidak saya pahami sampai sekarang. Dan saya sering takjub dan dibuat tercengang oleh pementasan N. Riantiarno dengan teater Komanya yang sangat imaginatif. Pernahkah anda membayangkan mengapa seorang pakar bahasa, Prof. J.R. Tolkin membuat beberapa bahasa khayal lengkap dengan sistem gramatika dan kamus kosa-katanya hanya untuk menyelesaikan karya novelnhya yang menjadi best-seller “Lord of The Ring”, bukankah bagi pikiran orang-orang yang berfikir logis berarti kesia-siaan belaka. Mengapa seseorang seperti Bunda Theresa atau Mahatma Gandhi sangat berempati dengan penderitaan orang lain dan mau mengorbankan kepentingan dirinya sendiri. Saya berpendapat bahwa kita memang memiliki dominan berfikir yang berbeda-beda satu sama lainnya, seperti juga diantara kita unik secara fisik, ada yang tinggi, pendek, gemuk, kurus, hitam, putih, berambut lurus, keriting dan lainnya. Banyak sekali teori yang membahas tentang fenomena itu, tetapi satu yang paling menarik perhatian saya dan saya coba jelaskan dibawah ini yaitu teori HBDI karya Nedd Herrmann.
Ned Hermann adalah penemu dari teknologi dominasi otak, melalui riset dan pengalamannya dia menemukan bahwa otak itu ternyata terspesialisasi bukan saja secara fisik tetapi juga dalam fungsinya. Otak terbagi secara fungsi menjadi empat kuadran yang masing-masing memiliki bahasanya sendiri, nilai-nilai, dan jalan memperoleh pengetahuan. Setiap orang adalah unik, yang merupakan ekpresi dari cara berfikirnya dan sebagai konsekuensi, membuat prilakunya berbeda.
Selama sekolah di SMA Ned Hermann mencatat bahwa dia memiliki dua orang teman yang menyenangkan , seorang yang senang matematik dan science dan seorang religius yang senang bernyanyi. Berdasarkan keinginan keluarga dia memilih untuk mengambil bidang teknik kimia, segera dia tahu bahwa dia benar-benar tidak cocok dengan ilmu ini. Setelah menjadi tentara selama perang dunia ke dua, Ned kembali sekolah dan mengambil bidang fisika dan musik. Tetapi dia harus memilih karir profesionalnya apakah jadi pemusik atau seorang scientis. Dia bisa meyakinkan perusahaan General Electrik untuk merekrutnya dan memberlakukannya sebagai seorang insinyur, segera saja dia menduduki berbagai posisi manajemen di bidang penjualan, hubungan pekerja, sumber daya manusia, dan manajer pendidikan. Disuatu kesempatan ketika dia sakit, istrinya membawakan satu set perlengkapan melukis dengan hasil yang mengagumkan keluarganya, kemudian pada akhirnya dia berkarir sebagai seorang seniman.. Dia menemukan bahwa kreatifitas berhubungan dengan fungsi otak yang secara spesifik dan psychologis membentuk prilakunya.
Hal lain yang ditemukan Ned Herrmann menemukan konsep dominan yaitu kedua bagian otak manusia tidak secara sama digunakan oleh manusia baik frekuensinya maupun caranya. Kita menggunakan kecenderungan dominant jika diserahi permasalahan tertentu. Sebagai contoh anda akan berfikir analitis dengan melihat angka-angka dan data-data dan meletakkannya dalam kerangka berfikir logis atau suatu prosedur yang berurutan, pada proses ini anda menggunakan otak kiri anda. Jika anda menggunakan imaginasi dengan melibatkan sensor perasaan anda untuk mamahami secara intuisi maka anda sedang menggunakan bagian kanan otak anda. Bagian otak kiri seorang pelajar memahami dengan cara membaca sedangkan bagian otak kanannya memahami dengan melihat prakteknya dan melakukannya dengan tangan sendiri. Lebih ekstrem kecenderungan kita untuk menggunakan satu bagian otak saja maka makin tidak suka kita terhadap kebalikannya, dengan kata lain kita sudah didomanasi dengan satu cara berfikir yang mengggunakan satu bagian otak saja.
Untuk memahami teori Ned Hermann, kita perlu memahami bagaimana struktur otak itu secara fisik. Kebanyakan orang memahami bahwa otak besar terbagi menjadi dua bagian besar yaitu otak kiri dan otak kanan, sebetulnya bagian ini dinamakan cerebral yang merupakan bagian terbesar sekitar 80 % dari otak kita. Proses mental yang hasilkan dari bagian otak ini diantaranya : pengelihatan, mendengar, sensasi tubuh, intentional motor control, reasoning, conscious thinking dan mengambil keputusan, bahasa dan gambaran non verbal, imaginasi, dan sintesa suatu ide. Dan pada masing-masing cerebral menempel suatu system limbic. System ini berfungsi sebagai pusat control yang mengatur rasa lapar, haus, mengantuk, bangun, suhu tubuh, keseimbangan kimia, denyut jantung, tekanan darah, hormone, dan emosi. Bagian ini memainkan peran penting dalam proses belajar karena menyalurkan informasi kedalam memori. Permukaan otak dihubungkan dengan dengan serat-serat yang menjadi jalan komunikasi didalam maupun antara cerebral.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar